Tuesday 7 July 2015

Kitab-kitab karangan ulama terdahulu sudah mulai ditinggalkan benarkah ?

Kitab Karangan UlamaHy semuanya, Assalamualaikum...masih bersama blog baru nih, kali ini aku mau sharing aja mengenai kitab-kitab karangan ulama dahulu yang pada zaman sekarang ini sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian golongan. Bahkan ada pula yang menghina kalau dalam kitab-kitab tersebut mengandung sebuah kesesatan. Entah kenapa golongan itu sampai berpikir demikian. Yang perlu kita ketahui bahwa kitab-kitab karangan ulama terdahulu itu dalam membuat satu bab saja dari kitab itu tidak langsung dikarang hanya berdasarkan pemikirannya sendiri melainkan perlu adanya bertukar pikiran dengan ulama lainnya, mencari sumber referensi dari Al-Qur’an dan Hadits maupun sejarah diputuskannya sebuah hukum pada masa para Sahabat Rosul menjadi kholifah, yang tidak jarang sang Ulama sampai mengkhatamkan Al-Qur’an berkali-kali per malamnya dengan maksud semata-mata agar dalam karangannya tidak menyesatkan umat yang belajar dan membaca karangannya itu.
 Guru mengajiku pernah menyampaikan, "Tjuan awal dari mengarang kitab Al-Barzanzi adalah untuk mempersatukan umat islam yang kala itu cuma ingat pada pimpinan masing-masing pada zaman Sholahudin Al-Ayyubi, mereka lupa kepada pimpinan utama yaitu Rosulullah... Anehnya di zaman sekarang ada yang melarang baca kitab itu, padahal orang islam tu orang, diragukan tu keislamannya..." dan aku pun berpendapat bahwa orang sebegitu indahnya jeh bacaan-bacaannya, isinya pun tentang sejarah nabinya sendiri, ditambah pujian, sholawat dan doa-doa...sama sekali tidak ada isi yang menyekutukan Allah, justru malah memuji Allah dan Rosulullah...
Ada pula yang sampai terlalu ekstrem dalam suatu mahzab yang aku yakin ajarannya tidak mungkin seperti yang mereka pikirkan, dalam suatu perayaan-perayaan umat islam, contohnya perayaan maulid , isro mi'roj , tahlilan ,yasinan mereka anggap bid'ah , karena hanya berpedoman bahwa setiap bid'ah itu sesat, padahal mereka sendiri pun belum tahu hukum perayaannya. Dan kalau mempelajari Al Qur'an tanpa guru atau kyai pun bisa, kata mereka. Padahal makna arti dari kandungan Al-Qur'an harus orang yang mengerti yaitu ulama , kalau kita artikan sesuka kita , ya jadi seperti sekarang sesama umat islam saling kafir mengkafirkan.
Yah begitulah, "orang belajar agama belum kelar sudah jadi imam atau guru, ya nyasar smua yang mengikutinya". Mungkin pada posting selanjutnya aku bakal bahas lebih dalam lagi tentang orang belajar agama belum kelar sudah jadi imam atau guru, ya nyasar smua yang mengikutinya"
Yap, ya memang sih NU yg berkiblat pda mazhab Syafi’i tidak melarang kalau memang ada yang berkiblat pada mahzab yang lain, boleh-boleh saja, asal memang berkiblat penuh, lhaa ini sih mengikuti mana yang gampang misalnya bab wudlu kiblat mazhab ini, eh pas sholatnya kiblat sama mazhab itu, enak sendiri saja kan, yang bertentangan mereka hujat, padahal kalau pilih mazhab itu ya mesti tetapkan itu, baik dari bab wudlu, sholat, maupun fiqih lainnya....jangan ikut sana sini, bukannya apa-apa, hanya tu orang nnti kalau di akhirat psti tidak bkal diakui oleh imam manapun, padahal menjadi imam itu tidak mudah yakni hrus menanggung dosa setiap pengikutnya jika dalam fiqih itu ada suatu ksalahan,...so jangan anggap perbedaan itu mnjadi sbuah kbencian antar sesama..krna 4 imam itu pun aslinya walaupun ada perbedaan pemahaman, mereka tidak menyalahkan satu dengan yang lainnya...cuma Allah yang tahu mana yang benar...
Terakhir, yang aku ingin sampaikan adalah meski aku pilih NU dan memang aku besar di lingkungan NU, maka berarti aku memilih mahzab Syafi’i sebagai pondasi kiblat fiqih yang merupakan mahzab yang diikuti oleh 60% umat islam sluruh dunia...aku tetep bertoleransi sama yang lain, hayu bareng-bareng bae, selagi punya pendirian and tidak mengucilkan mah...

Thanks to Mas Maedi atas diskusi barengnya...


No comments: