Hy semuanya, Assalamu’alaikum...jumpa lagi nih and
sharing lagi tentunya. Gimana puasanya nih, lancar yah, untuk kali ini aku mau
berbagi sedikit aja nih tentang baik tidak sih di 10 hari terakhir bulan
Romadlon ini kita terus berpikiran nanti lebaran mau pakai baju baru apa,
makanannya apa, atau bahkan mau travel kemana. Nah loh, sekarang ketahuan kan
sudah berpikir macam-macam buat lebaran nanti. Boleh saja kita berpikir seperti
itu eeittss, tapi tengok dulu gimana puasanya sobat. Kan yang namanya sebuah perayaan
itu karena suatu keberhasilan, nah kalau puasanya aja tidak atau kurang
berhasil terus kita ini sedang merayakan apa..? Kegagalan?! So, penting banget
nih buat kita, Jangan terlalu lebay bin Hiperbola sampai gila-gilaan untuk
berhias, bermegah-megahan buat lebaran nanti. Kasihan, lihatlah kaum muslim,
saudara kita yang tidak seberuntung kita, apa yang mereka punya tidak lebih
dari sekedarnya. Maka sudah sepatutnya kita janganlah menyakiti mata mereka,
hidung mereka, dan lainnya. Bukankah puasa telah mengajarkan kepada kita ? Lalu
kenapa kita tidak bisa dapat satu hal saja yaitu hormati orang yang tidak
seberuntung kita, syukur-syukur kita mau berbagi dengan mereka.
Kalau kita mentelaah sebuah hadits yang dikatakan
bahwa setiap harta, tahta, jabatan atau apapun yang telah dititipkan kepada
kita semuanya itu dipertanggungjawabkan, termasuk di dalamnya sebuah pakaian
yang bisa saja menyeret kita kepada kemungkaran atau menjadi saksi atas
perbuatan baik kita. Belum lagi kalau ada pakaian yang begitu banyaknya dari
suatu lebaran ke lebaran tahun-tahun berikutnya yang semakin tahun semakin
banyak sehingga lemari layaknya tempat koleksi berbagai pakaian. Nah, kalau
begini apa namanya kalau bukan mubazir, tak baik kan kalau sudah begitu. So,
mulailah untuk berlebaran seirit mungkin, bukan karena tiada uang, bukan karena
pelit, bukan karena tidak mengikuti zaman tapi lebih kepada belajar yuk mumpung
masih muda sudah selayaknya kita prihatin, toh nanti juga akan berimbas pada
diri kita sendiri.
Dalam bab makanan pun harus benar-benar
diperhatikan, jangan semua uang THR dihabiskan untuk membeli atau membuat
beraneka makanan, tapi biasakanlah untuk menyisakan sebagian untuk disimpan.
Islam tidak melarang kalau kita berbagi makanan yang amat banyak kepada semua
tetangga-tetangga, yang jadi masalah ikhlaskah kita berbagi makanan tersebut,
apakah hanya untuk dipuji tetangga, atau karena tidak enak kalau kita tidak
berbagi. Kebiasaan ini perlu kita arahkan kepada kebiasaan yang tepat yaitu
berbagi dengan ikhlas. Memang sulit untuk menentukan seberapakah ikhlas
perasaan kita ketika berbagi. Namun, aku dapat suatu pemahaman yang mungkin
mudah kita pahami, yaitu “Yang namanya sedekah atau berbagi kepada orang lain
itu seperti orang BAB, yaitu yang namanya ikhlas itu lupa, lupa untuk
mengingat-ingat segala kebaikan atau sedekah yang ia keluarkan..” Jelas bukan,
dalam melakukan suatu kebaikan atau sedekah tidak perlu yang besar-besar, kecil
pun kalau kita lupa untuk mengingatnya maka itu sudah luar biasa, dan jangan
pernah untuk memaksakan suatu sedekah nih, kan biasanya banyak sekali orang
berbondong-bondong datang kesana kemari yang pada umumnya mengharapkan diberi
sedekah. Nah, kalau memang kita tidak punya ya tidak usah dipaksakan dalam
bersedekah, bukan karena pelit, bukan karena irit, tapi lebih pada yang namanya
sedekah kan harus ikhlas, kalau kita sedekah lalu kita ngedumel terus, nyesel
karena itu uang memang untuk keperluan ya bukan tidak mungkin sedekah kita
menjadi sia-sia bahkan akan terus berkurang nilai keberkahannya sampai tidak
ada suatu berkah sedikitpun dari sedekah itu.
So, pada akhir penyampaian ini, aku berharap agar
kita yuk bareng-bareng berlebaran dengan sewajarnya, sesederhana mungkin dan
seikhlas mungkin dalam berbagi kebahagiaan pada waktu lebaran. Semoga dalam
postingan singkat ini bemanfaat untuk kita semua. Wassalamu’alaikum...
No comments:
Post a Comment