Sunday 12 July 2015

Menyiapkan lebaran sampai kepikiran terus, baik kah ?

Hy semuanya, Assalamu’alaikum...jumpa lagi nih and sharing lagi tentunya. Gimana puasanya nih, lancar yah, untuk kali ini aku mau berbagi sedikit aja nih tentang baik tidak sih di 10 hari terakhir bulan Romadlon ini kita terus berpikiran nanti lebaran mau pakai baju baru apa, makanannya apa, atau bahkan mau travel kemana. Nah loh, sekarang ketahuan kan sudah berpikir macam-macam buat lebaran nanti. Boleh saja kita berpikir seperti itu eeittss, tapi tengok dulu gimana puasanya sobat. Kan yang namanya sebuah perayaan itu karena suatu keberhasilan, nah kalau puasanya aja tidak atau kurang berhasil terus kita ini sedang merayakan apa..? Kegagalan?! So, penting banget nih buat kita, Jangan terlalu lebay bin Hiperbola sampai gila-gilaan untuk berhias, bermegah-megahan buat lebaran nanti. Kasihan, lihatlah kaum muslim, saudara kita yang tidak seberuntung kita, apa yang mereka punya tidak lebih dari sekedarnya. Maka sudah sepatutnya kita janganlah menyakiti mata mereka, hidung mereka, dan lainnya. Bukankah puasa telah mengajarkan kepada kita ? Lalu kenapa kita tidak bisa dapat satu hal saja yaitu hormati orang yang tidak seberuntung kita, syukur-syukur kita mau berbagi dengan mereka.
Kalau kita mentelaah sebuah hadits yang dikatakan bahwa setiap harta, tahta, jabatan atau apapun yang telah dititipkan kepada kita semuanya itu dipertanggungjawabkan, termasuk di dalamnya sebuah pakaian yang bisa saja menyeret kita kepada kemungkaran atau menjadi saksi atas perbuatan baik kita. Belum lagi kalau ada pakaian yang begitu banyaknya dari suatu lebaran ke lebaran tahun-tahun berikutnya yang semakin tahun semakin banyak sehingga lemari layaknya tempat koleksi berbagai pakaian. Nah, kalau begini apa namanya kalau bukan mubazir, tak baik kan kalau sudah begitu. So, mulailah untuk berlebaran seirit mungkin, bukan karena tiada uang, bukan karena pelit, bukan karena tidak mengikuti zaman tapi lebih kepada belajar yuk mumpung masih muda sudah selayaknya kita prihatin, toh nanti juga akan berimbas pada diri kita sendiri.
Dalam bab makanan pun harus benar-benar diperhatikan, jangan semua uang THR dihabiskan untuk membeli atau membuat beraneka makanan, tapi biasakanlah untuk menyisakan sebagian untuk disimpan. Islam tidak melarang kalau kita berbagi makanan yang amat banyak kepada semua tetangga-tetangga, yang jadi masalah ikhlaskah kita berbagi makanan tersebut, apakah hanya untuk dipuji tetangga, atau karena tidak enak kalau kita tidak berbagi. Kebiasaan ini perlu kita arahkan kepada kebiasaan yang tepat yaitu berbagi dengan ikhlas. Memang sulit untuk menentukan seberapakah ikhlas perasaan kita ketika berbagi. Namun, aku dapat suatu pemahaman yang mungkin mudah kita pahami, yaitu “Yang namanya sedekah atau berbagi kepada orang lain itu seperti orang BAB, yaitu yang namanya ikhlas itu lupa, lupa untuk mengingat-ingat segala kebaikan atau sedekah yang ia keluarkan..” Jelas bukan, dalam melakukan suatu kebaikan atau sedekah tidak perlu yang besar-besar, kecil pun kalau kita lupa untuk mengingatnya maka itu sudah luar biasa, dan jangan pernah untuk memaksakan suatu sedekah nih, kan biasanya banyak sekali orang berbondong-bondong datang kesana kemari yang pada umumnya mengharapkan diberi sedekah. Nah, kalau memang kita tidak punya ya tidak usah dipaksakan dalam bersedekah, bukan karena pelit, bukan karena irit, tapi lebih pada yang namanya sedekah kan harus ikhlas, kalau kita sedekah lalu kita ngedumel terus, nyesel karena itu uang memang untuk keperluan ya bukan tidak mungkin sedekah kita menjadi sia-sia bahkan akan terus berkurang nilai keberkahannya sampai tidak ada suatu berkah sedikitpun dari sedekah itu.

So, pada akhir penyampaian ini, aku berharap agar kita yuk bareng-bareng berlebaran dengan sewajarnya, sesederhana mungkin dan seikhlas mungkin dalam berbagi kebahagiaan pada waktu lebaran. Semoga dalam postingan singkat ini bemanfaat untuk kita semua. Wassalamu’alaikum...

No comments: